Pertanyaan:
1. Dalam persaingan industri Porter mengidentifikasi ada beberapa faktor penghambat dalam persaingan tersebut, Sebutkan dan jelaskan faktor penghambat menurut pendapat Porter?
2. Pandangan neoklasik berusaha menonjolkan sisi manusiawi organisasi, berpendapat bahwa organisasi dapat diperbaiki dengan membuat organisasi menjadi tidak terlalu formal dan mendorong partisipasi karyawan. Sebutkan pendapat dari masing-masing tokoh aliran neoklasik dari McGregor, Chris Arygris, dan Rensis Likert.
Jawaban no. 1
Beberapa faktor penghambat persaingan usaha menurut Michael Porter:
· Skala ekonomi.
· Diferensiasi produk.
· Persyaratan modal.
· Akses ke Distribusi.
· Peraturan Pemerintah.
o Skala ekonomi. Skala ekonomi yang tinggi membuat calon perusahaan mengalami kesulitan memasuki suatu industri. Perusahaan yang tidak dapat mencapai skala ekonomi yang tinggi akan mempunyai kelemahan karena tidak dapat memproduksi secara efisien.
o Diferensiasi produk. Jika diferensiasi produk cukup tinggi, calon perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk menarik konsumen dari produk yang sekarang.
o Persyaratan modal. Modal yang tinggi dibutuhkan untuk membeli aktiva tetap, biaya promosi dan lainnya.
o Akses ke Distribusi. Calon perusahaan yang mengalami kesulitan menembus distribusi pemasaran akan meningkatkan halangan untuk memasuki industri.
o Peraturan pemerintah. Apabila pemerintah memutuskan untuk membatasi jumlah perusahaan dalam suatu industri, maka peraturan menjadi penghalang memasuki industri.
Jawaban no. 2
- Desain organisasi Rensis Likert berpendapat bahwa desain organisasi yang berkembang di era klasik yaitu gaya birokrasi, kurang efektif dibandingkan dengan gaya pendekatan yang dikembangkannya yaitu melalui cara yang lebih manusiawi dengan cara menghargai kinerja. Likert percaya bahwa hubungan yang lebih baik antara manajemen dan karyawan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan sebuah perusahaan menjadi sukses. Likert juga percaya bahwa jawaban atas pertanyaan dapat dibedakan dalam beberapa tingkatan. Dari pendapat-pendapat tersebut, Likert kemudian mengembangkan Sistem Manajemen Likert yang terdiri dari 4 Gaya kepemimpinan, meliputi:
- Exploitative-Authoritative
- Benevolent-Authoritative
- Consultative
- Participative
- Exploitative-authoritative berarti tanggung jawab berada pada karyawan di tingkat posisi lebih tinggi dalam hirarki. Karyawan di tingkat bawah tidak memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara seperti ini, komunikasi hanya berjalan satu arah, dari atas ke bawah. Komunikasi yang berlangsung dari atas ke bawah berisi hanya berisi intruksi dan sangsi. Sebagai hasilnya, manajemen akan merasa hanya mereka yang bertanggung jawab terhadap kesuksesan pencapaian tujuan usaha.
- Benevolent-authoritative hamper memiliki kesamaan dengan terori exploitative-authoritative, yang membedakan adalah kinerja karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh intruksi dan sangsi, tapi juga dipengaruhi oleh penghargaan atau reward. Atasan mulai memiliki kepercayaan pada bawahan, dan bawahan mendapatkan penghargaan atas partisipasinya. Komunikasi juga mulai berjalan dua arah, walaupun masing terbatas pada hal-hal tertentu yang atasan ingin diskusikan, sehingga bawahan masih belum merasa bebas untuk mengemukakan pendapatnya.
- Consultative, dalam fase ini atasan mulai memberikan lebih banyak kepercayaan, walaupun belum sepenuhnya. Atasan mulai menunjukkan kepercayaan pada pendapat bawahannya untuk pengambilan keputusan. Dari perlakuan ini, kepercayaan diri karyawan meningkat, motivasi juga meningkat. Cara Consultative Management ini, ditandai dengan komunikasi yang lebih terbuka, alur informasi berjalan dua arah, secara vertical dan horizontal, dan semua pihak memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat secara professional, meskipun keputusan-keputusan krusial masih dilakukan oleh manajemen tingkat atas.
- Participative, menurut teori ini, manajemen tingkat atas memiliki kepercayaan penuh terhadap bawahannya untuk terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan. Semua karyawan memiliki kebebasan berdiskusi pada berbagai hal dengan atasan mereka. Output dari cara ini adalah hadirnya kerjasama team yang lebih baik, dan timbulnya peningkatan rasa dihargai, sehingga lebih termotivasi. Kedua belah pihak saling percaya, sehingga keterbukaan komunikasi lebih baik.
- Untuk mendukung pendapatnya itu, kemudian Likert mengembangkan model organisasi berdasarkan delapan proses kunci, yaitu:
- Kepemimpinan,
- Motivasi,
- Komunikasi,
- Interaksi,
- Pengambilan keputusan,
- Penetapan tujuan,
- Pengendalian
- Prestasi kerja.
· Douglas McGregor sedikit berbeda pendapat dengan teori klasik yang menyeragamkan cara kepemimpinan dengan cara seragam untuk semua orang, menurutnya setiap individu itu unik, oleh karena itu harus diperlakukan berbeda pula. Dari dasar itu kemudian McGregor menghasilkan dua teori yaitu,
o Teori X
o Teori Y.
· Teori X merupakan teori manajemen otoriter, sehingga menganggap orang-orang dalam team tidak menyukai pekerjaan mereka, tidak termotivasi untuk bekerja, sering menghindari dari tanggung jawab, butuh arahan terus menerus. Dengan kondisi ini, menurut teori X, gaya manajemen yang diterapkan akan bersifat otoriter yang melibatkan pengawasan ketat yang melibatkan beberapa tingkat pengawasan agar pekerjaan dikerjakan dengan baik. Penghargaan diberikan pada pencapaian hal-hal yang terlihat, seperti memenuhi target produksi, atau memenuhi target penjualan.
· Teori Y, merupakan teori manajemen partisipatif, menganggap bahwa karyawan memiliki rasa bangga terhadap pekerjaannya, dan menganggap pekerjaannya adalah sebuah tantangan pribadi. Dengan kondisi ini, menurut teori Y, gaya manajemen yang akan diterapkan adalah gaya manajemen parisipatif, di mana manajemen akan menganggap tugas bawahannya adalah tanggung jawab masing-masing, dan akan menyelesaikannya sendiri sebaik-baiknya.
Chris Argys, memiliki pendapat serupa dengan Likert dan McGregor, yang kurang sependapat dengan model organisasi klasik. Menurutnya, karena aktivitas manajerial seperti perencanaan, dan pengendalian terpusat pada manajemen, karyawan akan menjadi pasif, dan tergantung terhadap atasan. Selain itu, perasaan bertanggung jawab dan pengendalian diri akan berkurang. Kondisi ini bertentangan dengan kebutuhan hidup manusia untuk berprestasi dan tidak tergantung pada orang lain. Kondisi semacam ini membuat karyawan, terutama karyawan tingkat bawah, menjadi frustasi dan tidak puas dengan kondisi kerja. Tingkat absensi dan perputaran tenaga kerja dapat naik, yang berarti meningkatkan biaya operasioanal. Desain organisasi yang memenuhi kebutuhan manusiawi dan menigkatkan kepuasan anggota organisasi akan mengatasi permasalahan tersebut. Desain tersebut adalah desain yang memberi kebebasan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kerja serta situasi kerja yang lebih informal.
Sumber Pustaka:
- Manajemen, Mamduh Hanafi, Penerbit Universitas Terbuka
- Likert Management System, ToolsHero dot com
- Theory X and Theory, MindTools dot com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar